Hari itu, dalam sebuah perjalanan menuju sebuah daerah yang berada di tengah-tengah pesisir timur Pulau Sumatera. Berangkat dari Kota Pekanbaru, Riau, dengan menggunakan kendaraan jalur udara sehingga dapat terlihat hamparan hijau luas merata dalam petak-petak perkebunan sawit. Terlintas dalam benak, sungguh kaya pulau ini dengan sumber daya alamnya karena disetiap hitungan beberapa kilometer pun tampak pertambangan minyak bumi maupun gas alam.
Selat Rupat, yang membatasi Kota Dumai dengan Pulau Rupat adalah tempat yang dituju. Perjalanan udara yang ditempuh dalam 45 menit tersebut memastikan bahwa melewati Kota Dumai adalah jalan yang terbaik. Konon, dimana sebuah tempat yang berlimpah kekayaan alam berupa minyak bumi tersebut bercirikan dimana air melimpah pun mengandung zat yang licin sehingga ketika anda mandi bersih badan tetap tidak kesat layaknya mandi di tempat lain, terkadang disaat melihat sebuah kolam yang sewajarnya berlumut hijau pun berwarna kekuning-kuningan. Apakah hal tersebut hanya sebuah konon namun yang jelas itu adalah penyebab mengapa Indonesia sangat memukau Bangsa barat ataupun Eropa.
Gambar diatas adalah tengki-tengki minyak milik perusahaan minyak kesohor asal Negeri Paman Sam yang kita tahu bernama “Chevron”. Entah berapa tahun lagi kontrak bagi mereka untuk dapat menikmati “darah” dan “sumsum” bumi Indonesia, namun yang jelas penduduk setempat mengatakan bahwa Indonesia belum mampu mengolah secara keseluruhan sehingga sebagian hasil mentah diolah pihak luar dan ketika hasil jadi dibeli lagi oleh Bangsa yang “KAYA” ini.
Lihatlah kapal dagang pada gambar di atas, ataupun kapal tengki entah apalah namanya yang berbahasa asing itu, dan kemudian bandingkan dengan kapal pribumi di bawah ini.
Apakah itu mungkin bisa disebut sebagai sebuah kiasan. Akan tetapi inilah perbedaan yang jelas sekali terlihat bahwa “mereka” telah “KAYA” di Negeri 1001 mimpi ini karena mereka yang menikmati dan kita hanya bermimpi dengan ribuan kata-kata yang membuai sehingga kita tetap “tertidur” pulas dalam tumpukkan jerami yang dimimpikan sebagai sebuah kasur empuk.
Anak seribu pulau, demikianlah kita menyebut mereka. Hidup dengan tersenyum dalam lambaian nyiur di Pantai Selat Rupat, semilir angin sebagai air conditioner alami, balok kayu menggantikan beton-beton kokoh pondasi rumah maupun dermaga. Dan yakinlah, bahwa hati mereka tetap “KAYA” walau tak mampu berbuat maupun berbicara dan hanya tersenyum.
Gambar telah berbicara, tersenyum dalam hamparan ibu pertiwi dan pasti suatu saat salah satu, dua, tiga atau bahkan ratusan anak-anak yang tersenyum melambaikan tangan sembari berkata “Om sering-sering datang kemari”, dan mereka akan menjadi lebih maju karena keikhlasan senantiasa duduk dalam hati mereka diiringi kerja keras.
“…picture of thousand meaning have spoken…”
Untuk Indonesia Maju
SevenEleven